Kamis, 27 Mei 2021

Sistem Penarifan Jalan Tol

Jalan tol adalah suatu sistem jalan raya yang mengharuskan penggunanya membayar sejumlah tarif (disebut tol) kepada pengelolanya. Tarif tol sendiri sebagian besar terdiri dari cicilan hutang selama pembangunan jalan, kemudian diikuti dengan biaya perawatan jalan, biaya operasi (pegawai, listrik, air, dll), dan margin/keuntungan (dengan porsi kurang lebih 10-15%). Sampai saat ini, jalan tol dianggap sebagai solusi masalah transportasi karena sifatnya yang modern (bebas hambatan selain di gerbang tol, umumnya lebih luas daripada jalan arterinya, dll). Penarifan jalan tol dibagi menjadi tiga sistem, yaitu sistem tertutup, sistem terbuka, dan sistem pembatas/barrier. Penarifan jalan tol ini turut mempengaruhi pendapatan pengelola jalan tol (dan keuntungannya) dan beban yang harus ditanggung pengguna.

1. Sistem Tol Tertutup

Sistem tol tertutup (closed system tolling) adalah sistem penarifan jalan tol yang memperhatikan rekaman data masuk dan keluar pengguna (berbasis jarak). Sistem tol tertutup mengharuskan pengguna melakukan transaksi dua kali, yaitu di pintu masuk dan di pintu keluar. Contoh jalan tol yang menganut sistem tol tertutup ini adalah Jalan Tol Trans-Sumatera, Jalan Tol Semarang-Surabaya, dan Jalan Tol Tangerang-Merak.

Kelebihan : 

a) Penarifan tol yang adil bagi seluruh penggunanya karena diukur berdasarkan jarak berkendara dalam jalan tol.
b) Tingkat keamanan yang lebih tinggi karena jalan tol benar2 "disekat" oleh gerbang tol (asal kita juga berhati-hati).
c) Kebocoran transaksi tidak mungkin terjadi (maksud kebocoran di sini adalah pengguna bisa menggunakan jalan tol secara gratis aka shunpiking).
d) Umumnya lebih simpel karena arus kendaraan keluar dan masuk bisa diatur pada ruas jalan akses yang sama (pada simpang susun terompet/simpang susun huruf-T seperti di Bogor untuk ruas Jagorawi). Jika pengguna salah pintu keluar, pengguna bisa memutar kembali ke jalan tol untuk menuju daerah tujuan sebenarnya.

Kekurangan :

a) Biaya yang dikeluarkan pengelola sangat mahal (karena harus membangun gerbang tol dan jalan akses di setiap daerah tujuan yang biasanya lahannya mahal beserta biaya operasi setiap gerbang tol tersebut) sehingga meningkatkan tarif tol secara keseluruhan.
b) Jika jalan akses kurang memadai (misal terlalu pendek dengan persimpangan sibuk di jalur arterinya), jalan tol sistem tertutup bisa macet parah. Belum lagi jika pelayanan di gerbang tol cukup lambat (error setempat sistem pembayaran + uang kembalian + hal lainnya).
c) Kemungkinan terbentuk gerbang tol pembatas/barrier di sepanjang jalan tol sangat tinggi jika dalam satu jalan tol ada dua operator terpisah yang belum diintegrasikan pembayarannya. Hal ini sempat terjadi pada Jalan Tol Cikopo-Palimanan sebelum 2016, dimana gerbang tol Cikopo terbentuk akibat ruas Jakarta-Palimanan yang terdiri dari dua operator ; Jakarta-Cikampek (73 km) oleh Jasa Marga dan Cikopo-Palimanan (116 km) oleh PT. Lintas Marga Sedaya.

2. Sistem tol terbuka

Sistem tol terbuka adalah sistem penarifan jalan tol yang memungkinkan transaksi hanya dilakukan sekali saja, baik pada saat memasuki jalan tol (di sini disebut juga inbound open system) maupun saat keluar dari jalan tol (outbound open system). Sifat transaksi yang hanya sekali ini membuat jalan tol ini seolah2 berkapasitas besar karena tidak perlu banyak2 berhenti untuk membayar tol, terutama di daerah2 yang padat penduduk sehingga sulit membangun banyak gerbang tol yang memadai. Contoh jalan tol sistem terbuka ini adalah JORR dan Jalan Tol Dalkot Jakarta (inbound open system karena kita membayar tol saat memasuki jalannya) serta Jalan Tol Sedyatmo (outbound open system karena kita membayar tol saat akan keluar dari jalan tol tersebut). Dalam sistem tol terbuka, anda tidak akan menemukan gerbang tol pembatas/barrier (gerbang tol yang membatasi pergerakan kendaraan di ruas utama jalan tol untuk kedua arah dalam rangka menerima pembayaran tarif tol, misalnya Gerbang Tol Cikupa di Tangerang).

Kelebihan :

a) Lebih ringkas sehingga kapasitas jalan meningkat karena tidak perlu terlalu banyak berhenti.
b) Lebih ramping (lahan yang dibutuhkan lebih sedikit daripada sistem tertutup).
c) Terdapat subsidi silang tarif tol untuk mensupport pengendara jarak jauh.
d) (untuk inbound open system) Pengendara bisa mengetahui lebih dini kondisi jalan tol sebelum memasukinya dan bisa keluar dengan bebas dan dengan resiko memblokir jalan tol utama yang minim
e) Mudah diintegrasikan dengan sistem tertutup maupun barrier (jika tersambung ke jalan tol sistem terbuka).

Kelemahan :

a) Tarif tol yang dirasa terlalu mahal bagi pengendara jarak dekat
b) Karena umumnya pintu keluar dan masuk jalan tol dibuat pendek (sebagai akibat dari minimny lahan yang dapat dibebaskan), jalan pendamping umumnya dibutuhkan supaya baik jalan tol maupun jalur arteri yang dihubungkan bisa lebih lancar.
c) Kemudahan melakukan shunpiking (memintas gerbang tol) sehingga pengendara bisa masuk jalan tol secara gratis (misalnya dalam JORR, kita bisa saja masuk jalan tol lewat pintu keluar dan keluar lewat pintu keluar yang lain.
d) Tingkat keamanan yang lebih rendah (banyak berita sepeda motor masuk jalan tol) karena tidak semua akses dijaga ketat.
e) Penempatan gerbang tol yang tidak satu sisi (hanya di sisi kiri jalan tol saat masuk) sehingga sulit untuk melakukan komunikasi dengan kantor gerbang tol dan selanjutnya gerbang tol lain yang melayani pintu masuk jalan tol arah yang lain. 

3. Sistem tol pembatas/barrier

Jalan tol sistem barrier adalah jalan tol yang menggunakan patokan gerbang tol utama pembatas/barrier sebagai tempat pembayaran tol satu tarif dan hanya satu kali bayar. Barrier sendiri pasti diletakkan di wilayah  ujung kendali operator jalan tol. Perbedaanya dengan sistem terbuka adalah, bahwa dalam sistem terbuka, anda harus membayar tol saat masuk jalan tol atau saat keluar jalan tol (tidak keduanya secara sekaligus), namun dalam sistem barrier, anda diharuskan membayar tarif penuh di gerbang tol utama (baik meninggalkan jalan tol setelah menggunakannya maupun menggunakan jalan tol tersebut dari ruas tol/jalur arteri lain), sedangkan untuk pintu keluar sebelum gerbang tol utama ataupun pintu masuk menjauhi gerbang tol, anda akan dikenakan tarif penuh atau tarif regional. Contoh jalan tol yang menggunakan sistem ini adalah Jakarta-Tangerang, Jakarta-Cikampek, Jagorawi, dan Bocimi Seksi 1.

Untuk menjelaskan sistem barrier ini, kita ambil contoh Jalan Tol Jakarta-Tangerang-Merak yang barrier gate-nya berada di Cikupa, Kab.Tangerang, Banten. 
Kasus 1 :  Pengendara dari Jakarta/Tomang yang akan menuju Merak harus membayar penuh tol sistem barrier Jakarta-Tangerang (Rp7.500,-), demikian juga halnya untuk pengendara dari Merak yang akan menuju Jakarta/Tomang. 
Kasus 2 : Jika seorang pengendara masuk dari JORR dan keluar di Karawaci, pengendara harus membayar tarif penuh (Rp7.500,-) jalan tol Jakarta-Tangerang di Karawaci karena pengendara keluar sebelum gerbang tol Cikupa Utama sebagai barrier gate
Kasus 3 : Jika pengendara lain hendak menggunakan jalan tol tersebut dari Kota Tangerang/Kebon Nanas menuju Kebon Jeruk, ia harus membayar tarif penuh tol Jakarta-Tangerang di GT Tangerang 2 karena gerbang tol tersebut terletak di dalam daerah sistem barrier yang ditutup di Cikupa (barat) dan pengendara tersebut bergerak menjauhi gerbang tol Cikupa utama.
Kasus 4 : Untuk seorang pengendara dari Karang Tengah yang akan menuju Cikande (Tangerang-Merak), ia bebas masuk jalan tol ke arah barat, namun harus membayar tarif penuh Jalan Tol Jakarta-Tangerang di GT Cikupa Utama dan tarif tambahan dari sistem tertutup Jalan Tol Tangerang-Merak segmen Cikupa-Cikande.
Kasus 5 : Seorang pengendara dari Balaraja Timur hendak pergi ke Cengkareng via JORR2 yang baru-baru ini diresmikan. Pengendara tersebut wajib membayar tarif tol tertutup Balaraja Timur-Cikupa dari tol Tangerang-Merak + tarif tol penuh jalan tol Jakarta-Tangerang + tarif tol JORR2 (sistem tertutup) dari SS Kunciran hingga GT Benda (Husein Sastranegara).

Kelebihan :

a) Dapat langsung diintegrasikan dengan sistem terbuka dan tertutup (gerbang tol untuk menerima pembayaran sistem barrier bisa diaplikasikan juga untuk merekam data perjalanan pengendara di jalan tol.
b) Penempatan gerbang tol keluar dan masuk dilakukan pada satu sisi sehingga komunikasi antara dua gerbang tol tersebut (pada satu wilayah yang sama) dan kepada kantor gerbang tol bisa dilakukan dengan mudah dan murah. Tambahan pula, lokasinya sejajar sehingga pembebasan lahan cukup mudah dilakukan.
c) Barrier bisa dijadikan checkpoint yang memadai untuk berbagai keperluan, seperti penyekatan mudik
d) kapasitas lalu lintas yang tinggi (namun tak setinggi inbound open system).


Kelemahan :

a) Sering menjadi titik kemacetan dan sulit diuraikan (gerbang tol tidak bisa dilewati begitu saja, berbeda dengan sistem terbuka yang memungkinkan operator membuka contraflow di dekat gerbang tol untuk memenuhi tambahan kapasitas transaksi).
b) Tarif tol yang terlalu mahal bagi pengendara yang keluar tepat setelah barrier/masuk tepat sebelum barrier.
c) Dibutuhkan lahan yang luas untuk mensupport gerbang tol barrier.
d) Sama seperti sistem tertutup, multiple barrier bisa saja terbentuk.
e) Penumpukan kendaraan pada pintu keluar jika kualitas dan kapasitas jalur akses keluarnya terlalu kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar